Tidak ada apa-apa selain ibadah...

Di dalam luka terdapat makna...
Rumput tetangga selalu terlihat lebih baik ya... lebih hijau, lebih segar, lebih banyak disapa embun di pagi hari, di kala siang ia juga lebih banyak mendapat sinar matahari.

Iya, begitulah kebanyakan dari kita ketika memandang orang lain. Selalu merasa diri kekurangan.

Padahal kita diminta bersyukur loh...
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

"Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”

Aku, anak daerah yang mencoba menggali informasi lebih banyak. Ku pikir dengan aku sekolah lagi, ilmu ku akan bertambah. Dengan berkelana mencari pengalaman, ku pikir otakku akan lebih mudah menerima masukan-masukan.
Nyatanya aku salah besar, ternyata hidup di perantauan menempa diriku lebih keras lagi, aku belajar bagaimana memanajemen waktu lebih disiplin dari biasanya, berbelanja secara efektif dan ekonomis karena biaya hidup di sini lumayan tinggi, berjalan kaki kemanapun, dan membiasakan diri naik kendaraan umum (re: angkot).
beberapa perubahan dalam keseharianku :

- Memiliki banyak tempat kuliah.
Tempat kuliahku bermacam-macam, beberapa matkul ada di Dramaga, dekat kos-an ku, beberapa di kampus Gunung Gede, di kota Bogor. Dari kos-an ku, untuk ke kampus IPB Dramaga hanya menempuh waktu 5 menit, sesampai di area kampus aku bisa menunggu bus lewat ataupun mobil listrik. Biayanya menggunakan tapcash, untuk bus sekali jalan Rp 1000 dan untuk mobil listrik (moli) Rp 2000.
Sedangkan jika jadwal kuliahku ada yang di Kampus Gunung Gede, maka aku harus berangkat 1 jam 30 menit sebelum jadwal kuliah dimulai (kalo tidak macet). Menaiki angkot dengan 2 x sambung, dari rute kampus menuju Laladon, dan dari Laladon menuju Taman Kencana. Subhanallah ya, perjalanan 1.30 jam di angkot bisa ku gunakan untuk merenung dan berpikir banyak hal. HEHE
Aku yang ga biasa desak-desakan dan awal-awal naik angkot suka pusing-pusing dan mabok sekarang sudah bisa antisipasi. Ku bawa obat penangkal, karena kalo tidak ada obat penangkal, aku akan kelelahan dan merasa lemas ketika sampai di ruang kuliah. lah piye toh nduk, belum mulai kuliah udah lemessss >.<
Namun, kalo aku kuliah di Kampus Gunung Gede, dekat dengan banyak pusat perbelanjaan dan tempat wisata, seperti BOTANI SQUARE. Pernah sekali aku mampir dan mencari suasana baru di sana. Lumayan buat refresh otak hehe .
Tau gak kalo BOQER ini merupakan mall miliknya IPB. Keren kan ? Keren abis ! nah, berkat adanya mall ini, UKT di IPB bisa dibilang lebih murah, karena disubsidi alias ditanggung sedikit dari keuntungan operasi mall ini. manchaaap deh.


- Teman-teman di kuliahku. 
Karena sekolah pascasarjana, jadi temenku itu dari berbagai tingkatan. Ada yang sudah menikah, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah lulus lama, ada juga yang fresh graduate. Jadi, pergaulannya luas, dan pembicaraannya juga beragam. Yang ku sukai dari pertemanan lintas angkatan adalah orangnya yang baik baik banget dan tidak sungkan memberikan informasi jika mereka benar-benar mengetahui.

- Kuliah dan belanja sekali jalan.
Berhubung kampus IPB Dramaga memiliki jalan pintas menuju tempat perbelanjaan, jadi aku memutuskan sepulang kuliah mampir ke tempat perbelanjaan tersebut (padahal cuma toko sayur hehe).
Demi misi memberikan tubuh ini makanan yang bernutrisi dan higinis (re: BIAR HEMAT), maka aku membiasakan diri untuk membeli syaur dan stok makanan lainnya yang bisa ku simpan di kulkas untuk 3 hari makan. Mengapa hanya 3 hari makan? Karena aku orangnya mudah bosenan, jadi dengan 3 hari makan, aku masih bisa mengkreasikan menu makanan setiap hari, namun untuk 3 hari berikutnya, aku membiasakan untuk mencoba resep baru. Bagaimana dengan rasanya ? hanya aku dan orang yang mencoba mencicipinya yang tahu. hihi

Pagi hari, sebelum kuliah, kalo sempat (re: RAJIN), aku akan memasak dan membawa bekal untuk makan siang. Namun, jika pada hari tersebut terdapat agenda seminar atau workshop, maka aku tidak membawa bekal, karena untuk makan siang, biasanya dikasi makan siang gratis hihi (hidup mahasiswa pencari gratisan).

Untuk waktu perkuliahannya, satu mata kuliah biasanya dapat memakan waktu satu hari.
Setelah kuliah, aku beranjak ke perpus untuk mengkondusifkan suasana belajarku. Sebenarnya, alasan lainnya karena koneksi internet yang lebih lancar dan cepat dibanding yang ada di kos an hehe


- membawa banyak barang di tas.
Tas ku sudah seperti paket lengkap, mulai dari buku kuliah, makanan, minuman, sampai payung yang dibawa setiap hari jaga-jaga kalo tiba-tiba hujan.
Soalnya di Dramaga ini suka hujan tiba-tiba, kayak hati kamu, yang tiba-tiba baik besoknya berubah, iyaa, di dramaga hujannya kayak gitu...
jadi aku ya harus sedia payung sebelum hujan.

- banyak menyiapkan uang receh.
karena banyak naik agkot, naik bus maka uang receh harus lebih banyak di kantong. Alhamdulillah lebih bermanfaat, sehingga supir angkot tidak perlu menyiapkan kembalian dan transaksi lebih mudah.

- berhari raya Idul Adha jauh dari orangtua. 
Sudah biasa untuk anak rantau ya, misal tanggal merah di momen-momen tertentu, kita tidak bisa bergabung bersama keluarga, dan aku sudah membiasakan pada hal tersebut.

Begitulah sekilas keseharian yang dinikmati, demi menuntut ilmu ya, semoga bisa beradaptasi dengan baik.

Kenapa aku sebutkan di atas bahwa pembelajaran yang diberikan di luar dugaaanku ?
Karena setiap harinya selalu ada pembaruan informasi yang ada dalam diriku, aku belajar sabar, belajar berbaur dengan orang banyak, belajar hidup mandiri, belajar ekonomis, belajar menata diri lebih baik, belajar menyeimbangkan pesan-pesan orang tua, dan belajar mengemban tanggung jawab.

lebih lagi aku merantau pada bulan Dzulhijjah, sesuai dengan tema berkurban, maka yang paling banyak ku resapi adalah belajar makna keikhlasan.

Bermula dari keinginanku untuk lanjut kuliah begitu selesai S-1, maka aku pun mencoba mengapply beberapa beasiswa.
Pertama adalah beasiswa dari Pemerintah Daerah yang diajukan bersama dengan kurang lebih 10 orang temanku, pada sekitaran bulan September-November.
Kami diminta mengajukan proposal untuk di sekolahkan dan dalam rangka pengangkatan salah satu universitas swasta menjadi negeri. Namun, pengajuan tersebut di tunda dn anggaran yang dibuat belum keluar. Sehingga, proposl kami masih dalam tahap review untuk ditindaklanjuti.
Namun, setelah 3 bulan, informasi terbaru dari beasiswa tersebut tak kunjung ada, dan ternyata proposal kami belum dapat di proses.
Kedua, mencoba mengajukan beasiswa afirmasi dari Kemenkeu. Beasiswa yang dapat dikategorikan cukup bergengsi, karena banyak lulusan dri beasiswa ini mengambil studi lanjut di luar negri dan pada universitas-universitas ternama tingkat dunia. namun, usahaku yang super kurang hanya sampai pada tahap tes assesment online.
Ketiga, mengikuti beasiswa dalam negeri dengan persyaratan menonjolkan prestasi.
aku yang tidak berprestasi selama kuliah mencoba mengapply dengan melampirkan sertifikat cumlaude dan pengalaman menjadi pemakalan seminar. Alhamdulillah diterima pada seleksi administrasi dan diberikan kesempatan untuk tes wawancara.
Pengalaman pertama tes wawancara, 2 minggu sebelum wawancara aku harus mengurus persyaratan masuk kampus untuk verifikasi ulang dan menyiapkan diri untuk seleksi wawancara.
begitu ramai saat seleksi wawancara berlangsung, aku kan mencari tempat menginap dekat dengan lokasi wawancara memutuskan untuk datang lebih awal, dan ia, sudah ramai mahasiswa lainnya ynag juga menunggu meja buka untuk melakukan verifikasi.
setelah meja buka, kami pun mengisi absen untuk dipanggil pada tahapan verifikasi, sudah selesai verifikasi, kami pun menunggu giliran untuk wawancara.
5 menit setelah aku selesai verifikasi, aku pun dipanggil untuk masuk ke ruangan interview.
tubuhku tidak gugup, namun doa bergelimpangan di kepalaku.
di depanku terdapat seorang ibu yang memakai baju hitam, kerudung hitam dan berkacamata. Ia baik, ramah dan cantik. wawancara yang dilakukannya seperti kegiatan mengobrol biasa. Aku diajak memperkenalkan diri, bercerita tentang program S-2 ku, keluargaku, rencana penelitanku, prestasi ku, kegiatan perkuliahan dan organisasi selama S-1 hingga sekaran dan keadaan kampus dengan cara yang asyik, sekitar 15-20 menit ibu tersebut mengajakku mengobrol dan aku pun merasa nyaman menjawab setiap pertanyaannya. Begitu selesai wawancara, aku pamit untuk meninggalkan ruangan. Keluar dari ruangan, aku meninjau lagi, apa saja jawaban yang aku berikan dan aku melupakan satu hal. Aku lupa mengatakan mengenai dana, bahwa orangtuaku hanya mampu untuk membiayaiku satu semester saja. Aku lupa mengatakan tentang keurgensian aku memerlukan beasiswa tersebut dari segi biaya. Banyak hal yang ku pertimbangkan setelah wawancara, mengenai bagaimana penilaian dari pewawancara, apa saja yang dinilai, apakah mengunggulkan prestasi atau yang lain. Sampailah pada waktu pengumuman, malam harinya aku tidak bisa tidur nyenyak, pikiranku dipenuhi oleh rasa penasaran. Hingga akhirnya ku terima email pada pukul 13.04 yang menyatakan bahwa aku belum diterima. Saat itu, aku masih ingat, ingin menghadiri seminar kakak tingkat, dan aku membuka email tersebut di sela-sela tangga, yang sudah sepi orang lalu lalang. Perasaanku campur aduk saat itu, dan email yang kubaca adalah "BELUM DITERIMA".

Saat itu yang ku rasakan hanya perasaan hampa. Jelas saja, karena mendapatkan beasiswa merupakan caraku untuk meringankan tanggungan orangtuaku menyekolahkan 2 anaknya, yang sama-sama sedang menempuh bangku perkuliahan sebagai mahasiswa baru S1 dan S2.

Lama aku terdiam dan beristighfar. Aku bukan belum ikhlas, aku memikirkan bagaimana pengorbanan kedua orangtuaku hingga aku bisa pergi ke tempat wawancara, mengantarkanku, membiayai semesteran, tempat tinggal dan biaya bulanan. Saat itu aku hanya terdiam, banyak yang muncul dipikiranku, aku tidak tahu bagaimana caranya meringankan tanggungan kedua orangtuaku.

Hasil pembicaraan terakhir yang ku ingat dari ibu pewawancara saat itu,
"Saya rasa sudah cukup, menarik sekali rencana penelitiannya, nanti kalau ada ahli primata asal Kalimantan dan itu cewe, saya pasti akan ingat, ini nih yang pernah saya wawancara."
saya hanya mengatakan terimakasih bu, aamiin ya rabbal alaamiin.
Lalu bagaimana aku menjalani hari-hariku setelah tidak kali mengajukan beasiswa dan belum diterima.Sholatku mulai tidak khusyuk, ngajiku mulai tidak tenang, selalu ada yang menetap dan menimbulkan pertanyaan di otakku.
Bagaimana aku harus menyelesaikan studiku ?

Aku sengaja tidak pulang ke kos an begitu selesai acara seminar, aku pergi belanja sayur dan beli makanan kesukaan, dan pulang di kos ketika hampir magrub. Sampai di kos, ku baca pesan dari Ibu yang isinya kira-kira begini, "Kalo kk Ika sudah sampai di kos, ibu ingin menelpon".
Terakhir aku berbicara dengan ibu, ya setelah aku membaca email tersebut. Aku sudah berjanji, bahwa orang pertama yang akan kuberitahu mengenai hasil adalah Ibu.
Aku menelpon ibu dengan keadaan pasrah, saat ibu menjawab telpon dia sedang berada di jalan, sedang melakukan perjalanan dinas ke daerah.
Ibu : "Ada apa ? Ibu lagi di motor. Ada yang ingin disampaikan ?"
Aku : "hmm, tidak. Nanti sajalah bu."
Ibu : "ada apa ? sudah dapat pengumuman mengenai hasilnya ?"
Aku : "Iya bu, sudah. Maaf bu, ika tidak lolos. maaf bu"
dan ibu oun dengan bijak menenangkanku. menanyakan aku sedang di mana, jangan diambil pusing dulu, tenangkan diri dulu ya. 

Diantara yang paling bijak ya memang ibuku, aku memang sengaja tidak menelpon Ayah, karena aku tahu ayah pada saat jam tersebut sedang di sekolah. Selain ayah yang mengatakan bahwa tidak apa-apa, coba lagi nanti. InsyaAllah akan selalu diberikan jalan dan kemudahan.

Ibu menelponku malam harinya lagi, dan mengatakan kepadaku untuk sabar, Allah sedang menguji kakak. Allah ingin tahu, apakah setelah kakak mendapatkan kesulitan, kakak tetap seniat sebelumnya melakukan ibadah. 
Allah sedang melihat kesungguhan ibadah kakak, niatan kakak. 

Dan aku pun baru tersentuh dan menangis setelah berbicara dengan Ibu lewat telpon. Bahwa selama ini aku masih kurang niat, aku masih kurang mendalami makna ibadah. 
aku lupa, bahwa tugas kita semata-mata ya hanya untuk ibadah. Jika diberikan ujian ia bersabar, jika diberikan kemudahan ia bersyukur. maka tidak ada hal yang lain yang diprioritaskan selain ibadah. 
 Dan aku juga belajar tentang sekuat apapun usaha kita, jika itu bukan rejeki kita, maka semua sedang berada di luar kemampuan kita.
Kadang aku meninjau kembali kenapa aku masih tidak layak, sedangkan ku lihat perbandingan teman-temanku yang lain, ada yang penguasaan bahasanya masih minim, dan aku lumayan, namun aku berpikir lagi, mungkin mereka pandai di skill hingga bisa lolos PMDSU. Aku yang berasal dari universitas berakreditasi B tidak bisa mendaftar dengan IPK di atas 3.5 dan harus di atas 3.75. Dari sini aku sadar, bahwa aku memang belum layak. Selain LPDP dan BU yang memang ku akui aku masih sangat jauh dari kata pantas.
Dan aku belajar makna, bahwa aku tidak tau apa-apa sedangkan Allah yang Maha Tahu dan Ia tahu yang terbaik.

<3 Aku sangat percaya, bahwa Allah sedang menghabiskan jatah gagalku, bahwa Allah sedang meluaskan rejeki keluargaku, bahwa Allah sangat menyayangiku.
Saat aku sudah tidak mampu lagi atau dipintu kesusahan, ia selalu berikan pintu kemudahan lainnya, bahwa pintu kemudahan tersebut aku lihat sudah jauh terbuka pada saat aku masih berjalan di koridor depan pintu kesusahan.

Allah sayang kepada hamba-hambaNya yang bersyukur, mengingatNya, dan tetap kembali padaNya bagaimanapun caranya.

Untuk yang merasa sama denganku, mari kita kuatkan lagi niat, bulatkan lagi tekad, kuatkan lagi ikhtiar, panjatkan lagi doa dan penuhkan lagi tawakkal.
Sesungguhnya, apa yang tidak baik menurut kita belum tentu tidak baik di mata Allah.
Allah akan mampukan hambaNya yang lemah. Jika rejeki tersebut sudah menjadi rejeki kita, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya.
tunggulah dan persiapkan diri lebih baik lagi, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Tulisan ini bukan untuk memprovokasi kalian atau untuk menunjukkan iba ya, tapi aku hanya ingin memberikan contoh bahwa tidak sepatutnya kita mengeluh jika apa yang kita mau belum terkabul.
Begitu banyak nikmat yang Allah berikan selain hal tersebut. Sejatinya, ia telah menggantinya kepada yang lebih baik. Ia berikan teman baru, pengalaman baru, bantuan dari pihak lain, aku masih bisa ngeles untuk membantu biaya bulana misalnya, dan ia berikan pelajaran bahwa takwa itu harus selalu ada pada diri seorang manusia. Ingatlah bahwa kita adalah seorang hamba, tugas kita bukan memprioritaskan dunia. :)

Wassalam, 21 Djulhijjah 1438 H. 

Komentar

Postingan Populer